Kamis, 21 Juni 2007

Tragedi Ruang Kaca


Hampir genap tiga minggu ruang kantor saya di perbaiki. Tepatnya adalah dipindah semua meja, kaca-kaca, bangku, komputer, filling kabinet, dan semua kabel telpon, listrik dan jaringan internet yg biasanya tertata rapi dan saling tersambung indah di bawah meja saya. Mengapa dipindah? Saya juga kurang begitu paham alasannya. Tapi sebenarnya dari lubuk hati terdalam, saya agak menyayangkan pemindahan ini.

"Ruang kaca" (begitulah kebanyakan teman kantor menyebut ruangan saya yg bertembok kaca di setiap sisinya) saya sebetulnya sudah begitu nyaman. Ruangan kecil di dalam ruangan kantor. Jadi ibarat boneka bulat ayu dari Rusia (saya lupa namanya) yg ketika di buka maka akan ada boneka kecil lagi didalamnya, dan begitu seterusnya begitupun dengan ruangan saya. Bedanya, hanya ada satu ruangan kecil di dalam kantor yaitu ruangan saya. Ukurannya tidak terlalu kecil sih, hanya 7 x 5 meter saja. Tapi cukuplah untuk didatangi 3 sampai 4 orang teman saat makan siang dan sore hari menjelang pulang. Di saat-saat tertentu 'Ruang kaca' seketika menjadi suatu tempat yang enak untuk disinggahi.

Saat jam makan siang, biasanya 4 kawan perempuan saya meramaikan ruangan ini dengan membawa bekal lunch masing-masing. Tinggal memilih kursi kosong yg memang beberapa tersedia di situ dan mulai membentuk formasi setengah melingkar di depan meja saya dan mulai berbicara panjang lebar tentang hal-hal yg penting hingga yg tidak penting sama sekali. Curhat dan Chatting atau istilahnya' women's talk' adalah hidangan setiap hari di ruangan saya menjelang 'lunch time'. Saya pun toh tidak keberatan, walaupun terkadang topik yg disuguhkan benar2 tidak bisa membuat pengetahuan saya bertambah ( cerita selebritis yg menikah dengan si ini-itu, de el el yg semuanya bisa saya dapatkan sendiri di berita infotainment tv, apakah bisa membuat saya pintar ya..?) Tapi semuanya itu tidak mengurangi niat saya untuk tetap 'relax', enjoy the time dan kata teman saya yg lain bisa untuk 'killing the time' juga.

Kembali ke topik ruang kaca saya, sebenarnya saya dan teman-teman saya yg lain harus berterimakasih kepadanya. Tepatnya kepada 'ruang kaca'. Mengapa? karena ruangan itu telah berjasa besar dalam memberikan tempat untuk beristirahat sejenak tanpa harus diketahui dan ketahuan oleh siapapun. Loh, kok bisa? ya bisa lah. Begini, walaupun ruang saya itu di tembok dengan kaca di ke-empat sisinya, tetapi ini bukan sembarang kaca. Kaca ruang saya bukanlah kaca-kaca yg dipakai untuk kaca spion, kaca cermin atau kaca nako di rumah. Kaca kepunyaan ruangan saya itu terbuat dari kaca tebal yang tidak terlalu bening dan malahan agak buram kelihatannya. Dan yang penting adalah fungsinya. Fungsi dan kegunaan yg hanya saya dan segelintir orang yg biasa masuk ke ruang ini yg mengetahuinya. Mau tahu? Ternyata 4 kaca di ruang saya itu memiliki dua kekuatan; tembus pandang dan tidak tembus pandang. Nah, disini sayapun baru mengetahuinya saat suatu kejadian yg tidak direncanakan.

Suatu hari, teman wanita saya, sebut saja Wulan, ia selalu memakai celana jeans ke kantor. Hingga suatu hari, Wulan datang terlambat dan tidak ada waktu untuk berganti pakaian. Akhirnya Wulan meminta semua karyawan yg tadinya sedang bersantai-santai di ruang kaca saya (yang pria khususnya) untuk mengosongkan ruangan. Yang tinggal hanya dua orang, yaitu saya yg sedang sibuk mengecek email di komputer, dan seorang lagi wanita yg sedang asik bermake-up di depan cermin di samping saya. Tanpa ba-bi-bu, Wulan mengganti jeans dgn roknya itu dengan posisi tepat membelakangi kaca. Kami semua masih di kesibukan masing-masing sebelum akhirnya mendengar suara-suara dari luar. Seketika Susi (sebut saja demikian) masuk ke ruang kami (saat itu Wulan sudah selesai ) dgn tergesa dan sontak berteriak;
"Lan, wulan loe tadi ngapain sih?!" keliatan tau!"
suara Susi yg kencang membuat gak cuma Wulan tapi kami semua kaget dan panik.

"Enggak ah!" Ini kan buram."
"Kalo gak percaya, gue coba sekarang disini (didekat kaca) dan kalian semua cek diluar."

Kami bertiga serempak berjalan setengah berlari keluar ruangan, kecuali Susi.

Dan benarlah apa yg terjadi. Dari balik kaca luar jelas terlihat badan Susi dengan jelas beserta warna bajunya yg nyala terang dan bahkan bekas luka di belakang betisnya. Seketika kamipun pucat, tapi terlebih kepucatan dan kepanikan juga rasa malu jelas tergambar di raut Wulan, telebih saat seorang karyawan pria terlihat sedang duduk tidak jauh di dekat tempat kami berdiri. Wah, jangan-jangan dia lihat celananya Wulan. Pikiran itu tiba-tiba muncul. Tidak berapa lamapun, rasa empati terhadap Wulan berubah menjadi rasa lucu dan ingin tertawa (menertawai si korban lebih tepatnya) sambil bersyukur pada diri sendiri, untung bukan gue.

Lalu kenapa bisa dikatakan 'ruang kaca' bisa memberikan kontribusi pada kami? Alasannya sederhana. Akibat kejadian itu, kami mulai meneliti dengan seksama sisi mana yang bisa tembus pandang dan bagian mana yg tidak, supaya aman dan tepatnya spy tidak ada korban berjatuhan lagi. Akhirnya setelah beberapa hari, kami mengetahui bahwa beberapa fakta muncul perihal keuntungan dan sisi berbahaya dari 'ruang kaca' saya ini'.

Sisi bahayanya;

1. Berdasar pengalaman teman sejawat, jangan berganti baju terlalu dekat dengan ruang kaca. ( jarak kurang dari satu langkah dari kaca, dianggap masih bisa menampilkan lekuk tubuh).
2. Jangan berbicara terlalu keras. ( kalau ingin curhat atau bicara yg gak penting lbh baik di kurangi volumenya karena sisi kaca bisa memberi efek
kedengeran buat orang di luar ruangan, terutama kalau ada boss yg lewat).
3.Jangan pasang MP3 terlalu keras. (ini juga bisa berbahaya, karena bisa ketahuan kalo ternyata lagi denger musik2 aneh dan gak jelas). Bisa2 Boss teriak dari luar; "Woi! ini kantor! bukan tempat karaoke!"



Berdasarkan analisa beberapa hari, dan setelah di cek bekali-kali, maka disimpulkan bahwa, ruang kaca yg agak buram itu membuat pihak-pihak luar bisa melihat kedalam ruangan, jika object atau orang tsb dekat dengan sisi kaca. Tetapi sebaliknya, pihak luar tidak bisa melihat ke dalam ruang kaca dengan jelas bila interaksi orang yg di dalam berada di tengah ruangan atau tidak dekat dgn kaca. Hal-hal ini memberikan hal-hal positif sbb.

Sisi positif/ keuntungannya;

1. Kalau mau tidur, makan, cerita, acara bersantai tipe apapun bisa dilakukan di dalam ruang kaca. (itu selama boss tidak tiba2 amsuk loh, ya.)
2. Pihak dalam bisa mengamati siapa saja yg wara-wiri diluar ruangan kaca bahkan bisa tahu siapa saja yg mau keluar kantor atau masuk kantor, atau masuk ke ruang kaca (jarak hitungan beberapa detik).
3. Keuntungan no 2 bisa mengantisipasi saya juga teman2 untuk membangunkan teman lain yg sdg tidur, merapikan meja, menghentikan cerita gak penting, mematikan suara musik atau mp3 dan sesegera mungkin
menyibukkan diri, kalau2 ada boss yg tiba2 mau masuk ruangan.
4. Bisa makan, minum dan ngemil sepuasnya tanpa harus malu ketahuan pihak luar dan dinilai jelek dan merendahkan performance kerja bahkan reputasi.

Hal-hal yg kurang lebih kebanyakan ada di segi positifnya ini jelas membuat 'ruang kaca' begitu dinikmati dan disenangi. Ruangan saya pun menjadi begitu terkenal dan ramai oleh teman2 yg hendak melepas penat dan lelah. Terkadang agak mengganggu juga sih, terutama saat saya sedang begitu hectic dengan dokumen-dokumen dan urusan ini itu yg lumayan menyita perhatian. Kadang situasi sepi sangat saya inginkan karena harus berkonsentrasi mengerjakan tugas dari boss, tapi tetap saja situasi kanan-kiri menjelang lunch dan sore hari begitu so life. Sehingga sepi dan ketenangan menjadi barang berharga karena begitu langka.

Tapi bagaimanapun, ruang kaca telah memberi begitu banyak manfaat bagi saya dan rekan yg lain, hingga saya pun sangat bersedih saat suatu ketika tempat kami berteduh selama ini direnovasi dan dipindah. Segudang alasan berkelebat di otak saya dan kawan senasib sepenanggungan yg sempat mengalami nikmatnya di 'ruang kaca'. Alasan yg tidak jelas membuat saya bertanya-tanya, mungkinkah boss tahu perihal hobi, keisengan dan ulah kami selama ini ? Itukah alasan yg menjadi dasar perombakan ruang saya? Kalau benar itu jawabannya, betapa sedihnya. Dan sekarang saya harus merelakan ruang kaca di pugar dan dicabuti kaca-kacanya untuk kemudian diganti menjadi ruang tamu dengan sofa mewah dan empuk.

Duh, sedihnya... bye-bye my glass room..



















2 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal dari Mas Kopidangdut,
bukannya kaca yang sampeyan ceritaken itu hanya tempelan?
dan kenapa gak cerita bahwa berfungsi sbg peredam suara juga? hehehe

putritidur mengatakan...

Trims idenya, mas kopdang.Sbnrnya Fungsi aslinya banyak sekali, cuma disini yg sy tampilkan hanya bbrp sj. Terlebih yg mempunyai nilai historis..:)